Perdebatan seputar hak asasi manusia seolah-olah menghantam secara dahsyat
reputasi Islam. Walaupun realitanya hanyalah manipulasi jargon yang diagung-agungkan.
Fakta membuktikan bahwa propaganda hak asasi manusia bersifat
utopia belaka. Kedok hak asasi yang didengungkan oleh dunia internasional
hanyalah kelaliman dan tirani. Seperti maraknya free seks, diktatorisme,
matrealisme dan hedonisme. Tidak ada norma dan etika yang mengakui tirani,
tapi mau tidak mau tindakan kejam tersebut adalah sebuah keniscayaan yang
lambat laun pasti digilas oleh seleksi alam.
Memang manfa'at utama hak asasi manusia tidak dimonopoli oleh satu agama
saja, sebagaimana Islam memiliki orientasi universal dan komprehensif, seperti
memuliakan harkat dan martabat manusia, memberikan lapangan pekerjaan dan
hak hidup setiap warga negara. Syahdan, terpenuhinya kebutuhan makan dan
terjaminnya kebebasan merupakan kewajiban setiap orang yang bertanggung
jawab terhadap komunitas tertentu, mulai dari tingkat keluarga sampai negara,
begitulah menurut kacamata Islam. Setiap pemimpin seharusnya menunaikan
kewajiban dan tugasnya sesuai dengan amanat yang diembannya. Dengan kata
lain, tidak ada hubungan antara kepemimpinan dengan kesalehan ritual serta
tindakan atas nama agama. Sebab esensi dari sebuah kepemimpinan adalah
keadilan, transparansi, kebebasan dan mengayomi bawahannya.
Islam membawa spirit dan ajaran yang bersifat universal. Sebagai contoh
perintah ber-wudhu sebelum shalat, hal ini berarti bahwa hak harus dipenuhi
sebelum kewajiban. Sebab pada dasarnya shalat adalah kewajiban seseorang
sedangkan wudhu merupakan hak yang diperoleh oleh setiap muslim, karena
bersuci merupakan bagian dari iman. Membersihkan diri dari kotoran dan kuman
tidak sama dengan wudhu. Sebab wudhu berfungsi mensucikan badan tidak
hanya membersihkannya. Wudhu menjaga setiap anggota tubuh dari polusi lahir
dan batin. Dan masih banyak lagi kegiatan menyucikan diri, selain wudhu seperti
bersuci dari hadats besar, haid, dan sebagainya yang bermanfaat bagi
kesehatan dan keimanan.
Rosullullah SAW bersabda "Inna libadanika 'alaika haqqon", sebuah anjuran agar manusia
mengutamakan haknya untuk beristirahat, agar mampu meneruskan kembali
aktifitasnya. Istirahat, menjaga diri dari penyakit, dan rileks merupakan hak
setiap manusia. Nabi SAW memerintahkan kepada kita untuk memberikan upah
kepada pekerja sebelum kering keringatnya. Hal ini berarti Islam tidak
mengkultuskan kaum borjuis, bangsawan, majikan, dan atasan. Melainkan
mendahulukan hak seorang hamba, fakir miskin, para pekerja, janda, dan orang-orang lemah.
Memerdekakan budak merupakan sangsi yang harus ditunaikan
oleh orang yang melanggar sumpah. Islam juga menganjurkan untuk
memberikan makanan di kala paceklik, dan memperhatikan anak yatim. Dengan
kata lain Islam menjunjung tinggi egaliter (kesetaraan) dan tidak hanya
mengutamakan kesalehan ritual saja, melainkan juga kesalehan sosial.
Isu gender yang bergulir dewasa ini, sebenarnya didahului oleh Islam. sebab
perempuan memiliki kedudukan setara dengan laki-laki, sebagaimana
perempuan memiliki syariat secara independen. Seperti haid dan nifas yang
tidak mungkin dialami oleh laki-laki. Bahkan Islam menempatkan "surga dibawah
telapak kaki Ibu".
Menghormati dan mencium tangan kedua orang tua walaupun berbeda agama
merupakan anjuran Islam. Apabila orang tua berbuat semena-mena terhadap
anaknya dan mengajaknya untuk mensekutukan Allah SWT, seorang anak
dilarang untuk mengejek dan memusuhi orangtuanya. Islam malah
menganjurkan agar senantiasa berbakti kepada keduanya.
Allah SWT menganjurkan kepada pihak yang kuat untuk melindungi yang lemah,
dan orang yang lemah menerima pertolongan tersebut sebagai haknya bukan
tuntutan terhadap orang yang lebih kuat. Sebagaimana hak seorang istri
mendapat perlindungan dari suaminya. kedudukan kaum adam diatas (qawwam,
red) kaum hawa bukanlah monopoli, melainkan hubungan simbiosis mutualisme.
Sebab secara lahiriyah kaum adam mendapatkan anugerah lebih dibanding
dengan kaum hawa.
Syaidina Umar Ibnu Khatab R.A. menegaskan bahwa tanggung jawab dan
kepedulian penguasa terhadap kemakmuran rakyatnya merupakan sebuah
keharusan. Apabila penguasa tidak memperdulikan rakyat dan hanya
memanfaatkan kekuasaan untuk kepentingan pribadi atau golongan berarti ia
telah melakukan tindakan kriminal yang sangat kejam.
Hak hidup manusia dijamin oleh Islam. setiap manusia baik yang beragama atau
tidak, dilindungi nyawa, harta, dan kehormatannya. Merampas, mencuri,
bersikap apriori, berbohong dan membunuh merupakan kejahatan yang
menjadikan seseorang kehilangan identitas keimanannya. Walhasil Islam
menganjurkan untuk memenuhi dan menjunjung tinggi hak asasi manusia
sebelum membebani kewajiban terhadap mereka.
reputasi Islam. Walaupun realitanya hanyalah manipulasi jargon yang diagung-agungkan.
Fakta membuktikan bahwa propaganda hak asasi manusia bersifat
utopia belaka. Kedok hak asasi yang didengungkan oleh dunia internasional
hanyalah kelaliman dan tirani. Seperti maraknya free seks, diktatorisme,
matrealisme dan hedonisme. Tidak ada norma dan etika yang mengakui tirani,
tapi mau tidak mau tindakan kejam tersebut adalah sebuah keniscayaan yang
lambat laun pasti digilas oleh seleksi alam.
Memang manfa'at utama hak asasi manusia tidak dimonopoli oleh satu agama
saja, sebagaimana Islam memiliki orientasi universal dan komprehensif, seperti
memuliakan harkat dan martabat manusia, memberikan lapangan pekerjaan dan
hak hidup setiap warga negara. Syahdan, terpenuhinya kebutuhan makan dan
terjaminnya kebebasan merupakan kewajiban setiap orang yang bertanggung
jawab terhadap komunitas tertentu, mulai dari tingkat keluarga sampai negara,
begitulah menurut kacamata Islam. Setiap pemimpin seharusnya menunaikan
kewajiban dan tugasnya sesuai dengan amanat yang diembannya. Dengan kata
lain, tidak ada hubungan antara kepemimpinan dengan kesalehan ritual serta
tindakan atas nama agama. Sebab esensi dari sebuah kepemimpinan adalah
keadilan, transparansi, kebebasan dan mengayomi bawahannya.
Islam membawa spirit dan ajaran yang bersifat universal. Sebagai contoh
perintah ber-wudhu sebelum shalat, hal ini berarti bahwa hak harus dipenuhi
sebelum kewajiban. Sebab pada dasarnya shalat adalah kewajiban seseorang
sedangkan wudhu merupakan hak yang diperoleh oleh setiap muslim, karena
bersuci merupakan bagian dari iman. Membersihkan diri dari kotoran dan kuman
tidak sama dengan wudhu. Sebab wudhu berfungsi mensucikan badan tidak
hanya membersihkannya. Wudhu menjaga setiap anggota tubuh dari polusi lahir
dan batin. Dan masih banyak lagi kegiatan menyucikan diri, selain wudhu seperti
bersuci dari hadats besar, haid, dan sebagainya yang bermanfaat bagi
kesehatan dan keimanan.
Rosullullah SAW bersabda "Inna libadanika 'alaika haqqon", sebuah anjuran agar manusia
mengutamakan haknya untuk beristirahat, agar mampu meneruskan kembali
aktifitasnya. Istirahat, menjaga diri dari penyakit, dan rileks merupakan hak
setiap manusia. Nabi SAW memerintahkan kepada kita untuk memberikan upah
kepada pekerja sebelum kering keringatnya. Hal ini berarti Islam tidak
mengkultuskan kaum borjuis, bangsawan, majikan, dan atasan. Melainkan
mendahulukan hak seorang hamba, fakir miskin, para pekerja, janda, dan orang-orang lemah.
Memerdekakan budak merupakan sangsi yang harus ditunaikan
oleh orang yang melanggar sumpah. Islam juga menganjurkan untuk
memberikan makanan di kala paceklik, dan memperhatikan anak yatim. Dengan
kata lain Islam menjunjung tinggi egaliter (kesetaraan) dan tidak hanya
mengutamakan kesalehan ritual saja, melainkan juga kesalehan sosial.
Isu gender yang bergulir dewasa ini, sebenarnya didahului oleh Islam. sebab
perempuan memiliki kedudukan setara dengan laki-laki, sebagaimana
perempuan memiliki syariat secara independen. Seperti haid dan nifas yang
tidak mungkin dialami oleh laki-laki. Bahkan Islam menempatkan "surga dibawah
telapak kaki Ibu".
Menghormati dan mencium tangan kedua orang tua walaupun berbeda agama
merupakan anjuran Islam. Apabila orang tua berbuat semena-mena terhadap
anaknya dan mengajaknya untuk mensekutukan Allah SWT, seorang anak
dilarang untuk mengejek dan memusuhi orangtuanya. Islam malah
menganjurkan agar senantiasa berbakti kepada keduanya.
Allah SWT menganjurkan kepada pihak yang kuat untuk melindungi yang lemah,
dan orang yang lemah menerima pertolongan tersebut sebagai haknya bukan
tuntutan terhadap orang yang lebih kuat. Sebagaimana hak seorang istri
mendapat perlindungan dari suaminya. kedudukan kaum adam diatas (qawwam,
red) kaum hawa bukanlah monopoli, melainkan hubungan simbiosis mutualisme.
Sebab secara lahiriyah kaum adam mendapatkan anugerah lebih dibanding
dengan kaum hawa.
Syaidina Umar Ibnu Khatab R.A. menegaskan bahwa tanggung jawab dan
kepedulian penguasa terhadap kemakmuran rakyatnya merupakan sebuah
keharusan. Apabila penguasa tidak memperdulikan rakyat dan hanya
memanfaatkan kekuasaan untuk kepentingan pribadi atau golongan berarti ia
telah melakukan tindakan kriminal yang sangat kejam.
Hak hidup manusia dijamin oleh Islam. setiap manusia baik yang beragama atau
tidak, dilindungi nyawa, harta, dan kehormatannya. Merampas, mencuri,
bersikap apriori, berbohong dan membunuh merupakan kejahatan yang
menjadikan seseorang kehilangan identitas keimanannya. Walhasil Islam
menganjurkan untuk memenuhi dan menjunjung tinggi hak asasi manusia
sebelum membebani kewajiban terhadap mereka.
0 comments:
Post a Comment